Halo Sobat AIO! Buat Sobat AIO yang senang dengan barang-barang elektronik pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah yang satu ini. Beragam jenis perangkat elektronik banyak menggunakan LED mulai dari perangkat-perangkat kecil seperti lampu hias, dan remote mainan anak-anak hingga ke perangkat-perangkat besar seperti kulkas, TV, dan sebagainya.
LED merupakan singkatan dari Light Emitting Diode. LED menjadi salah satu jenis perangkat yang mengeluarkan cahaya saat dilewati oleh listrik. Perangkat ini berbahan semikonduktor. Semikonduktor bersifat fleksibel sehingga tidak menghantarkan listrik dengan baik.
Fleksibilitas yang dimiliki oleh semikonduktor ini bila berbentuk silikon dan kemudian digabungkan dengan unsur yang tidak sama, maka akan berubah sifatnya saat menghantarkan listrik. Semikonduktor ini memiliki dua jenis tipe, yaitu tipe-n dan tipe-p. Perbedaan dari kedua tipe ini adalah jumlah elektron yang ditambahkan. Pada tipe-n ada banyak sekali elektron yang ditambahkan. Jumlah elektron yang berlebih ini membuat semikonduktor dapat menghantarkan listrik dengan lebih maksimal. Sedangkan tipe-p memiliki elektron dalam jumlah sedikit atau bahkan bisa disebut kekurangan elektron.
Tapii…. ada hal yang menarik nih, Sobat AIO! Ketika semikonduktor dialiri oleh arus listrik dan tipe-n memberikan elektron ke tipe-p dan pada akhirnya muncul kilatan cahaya kecil. LED berwarna merah dan hijau sudah ada sejak awal 60-an, sedangkan warna biru pertama kali ada di tahun 1989. Namun warna biru ini berasal dari penggunaan silikon karbit, yang mana diketahui kalau silikon tidak begitu bagus dalam menghasilkan cahaya.
Manfaat lain dari LED biru adalah mampu memunculkan warna LED putih. Cahaya putih merupakan gabungan dari semua warna. Bila warna hijau digabungkan dengan warna biru maka akan muncul cahaya putih. Warna ini dapat menyediakan lebih banyak cahaya yaitu sebanyak 20 kali lipat dibandingkan lampu pijar pada umumnya.
Awal Penemuan LED
Proses penemuan fitur ini melewati banyak masa dan dilakukan oleh tidak hanya seorang ilmuwan saja. Dilansir dari energysavinglighting.org pada tahun 1927, Oleg Losev, seorang penemu asal Rusia mencetuskan pembuatan pertama fitur ini dengan menerbitkan teorinya ke publik. Beberapa tahun kemudian tepatnya di tahun 1952 seorang profesor bernama Kurt Leskovec menguji teori dari Losev. Leskovec kemudian melanjutkan dengan memaparkan lebih detail mengenai dioda pemancar cahaya pertama. Enam tahun kemudian Egon Loebner dan Rubin Braunstein menciptakan untuk pertama kali warna hijau sedangkan warna merah dikembangkan oleh Nick Holonyak di tahun 1962.
Penggunaan fitur ini pada perangkat digital pertama kali dilakukan oleh Hewlett Packard. Hewlett memasukkan LED ke dalam kalkulator untuk melihat bagaimana tampilan kalkulator saat digunakan. Di saat LED hijau dan merah telah dibuat, warna biru ditemukan oleh Edward Miller dan Jacques Pankove. Lalu untuk warna kuning, ditemukan oleh insinyur listrik bernama M. George Craford.
Warna biru kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Herbert Maruska dan Walden C. Rhines dari Stafford University dengan menggunakan Magnesium. Lalu di tahun 1993 Magnesium digantikan oleh Galium Nitrida sehingga menghasilkan warna biru dengan kecerahan tinggi dan mengarah ke pengembangan warna putih. Ilmuwan yang menggunakan Galium Nitrida dalam LED biru ini merupakan ilmuwan asal Jepang dan Amerika Serikat bernama Isamu Akasaki, Hiroshi Amano, dan Shuji Nakamura.
Berkat penemuan mereka ini, LED biru sudah banyak ditemukan di beberapa perangkat elektronik. Contoh penggunaannya yaitu pada Smartphone. Fitur ini memungkinkan smartphone untuk memiliki desain lampu latar yang lebih tipis dengan biaya yang murah. Karena konsumsi voltase yang lebih rendah, smartphone dapat memiliki masa pakai baterai yang lebih lama sehingga lebih awet.
Baca Juga : Smart LED AVARO Bikin Kamar Jadi Estetik